Posted by DKT Travel on Friday, August 22, 2014
Kota Tua Batavia dengan Pelabuhan Sunda
Kelapa adalah cikal bakal dari kota Jakarta saat ini. Melintasi wilayah
Jakarta Utara dan Jakarta Barat, kawasan ini memiliki luas sekira 139
hektar yang didominasi bangunan arsitektur Eropa dan China dari abad
ke-17 hingga awal abad ke-20.
Ketika penjelajah legendaris asal
Inggris yaitu James Cook menyambangi kota ini tahun 1770 maka ia pun
sontak terpesona lalu menjulukinya sebagai "The Pearl of Orient" atau "Mutiara
dari Timur". Cook terpukau dengan keindahan bangunan dan struktur tata
ruang kota ini yang dianggap mirip Kota Amsterdam di negeri Belanda.
Kota ini memang dipersiapkan untuk menjadi salinan ibu kota negeri
kincir angin tersebut sehingga dilabeli sebagai "Koningen van Oosten" atau "Ratu dari Timur".
Kota Batavia didirikan di sebuah wilayah
dulunya bernama Jayakarta (1527-1619). Daerah ini berdekatan dengan
pelabuhan Kesultanan Banten yang bernama Sunda Kalapa. Jauh sebelumnya,
pelabuhan tersebut sudah dirintis oleh Kerajaan Sunda sebagai sarana
perdagangan antarpulau di Nusantara.
Pelabuhan Sunda Kelapa dan Jayakarta diserang tahun 1610 oleh perusahaan dagang Belanda VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) pimpinan Jan Pieterzoon Coen. Berikutnya tahun 1620, VOC membangun kota yang baru tepat di atas reruntuhan Kota Jayakarta tersebut hingga selesai dibangun tahun 1650.
VOC menamai kota baru itu sebagai Batavia dengan pusat kotanya tepat berada di sekitar Taman Fatahillah sekarang. Dari sinilah VOC mengendalikan semua kegiatan perdagangan, militer, dan politiknya selama menguasai Nusantara hingga dilanjutkan berikutnya oleh Pemerintahan Hindia Belanda. Nama Batavia digunakan sejak 1621 hingga tahun 1942 saat Jepang menaklukkannya. Jepang berikutnya mengganti nama Batavia menjadi Jakarta dan tidak berubah hingga saat ini.
Awalnya areal kota Batavia seluas 139 hektar tetapi kemudian diperluas menjadi 846 hektar dimana termasuk di dalamnya Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan, hingga ke arah selatan yaitu Pecinan Glodok. Akan tetapi, wilayah inti kawasan kota tua sendiri meliputi Bangunan Balaikota atau Museum Fatahillah serta sekitarnya.
Di Kota Tua Bataviaada 6 lokasi bersejarah yang dapat Anda telusuri. Mulailah dari Pelabuhan Sunda Kelapa, kemudian lanjutkan menuju tiga bangunan utama di jantung Kota Tua yang sekarang menjadi beberapa museum, yaitu: Museum Fatahillah, Museum Wayang, dan Museum Seni Rupa. Tiga sisanya adalah Museum Mandiri, dan Stasiun Kereta Api Kota.
Apabila Anda ingin mengetahui lebih
banyak tentang Kota Tua maka jangan ragu langkahkan kaki mengunjungi
Museum Fatahillah. Di sini Anda dapat menelusuri jejak sejarah Jakarta
dari masa prasejarah hingga berdirinya kota Jayakarta. Gedung ini
selain berfungsi sebagai kantor juga memiliki ruang pengadilandan
penjara bawah tanah yang dilengkapi rantai dengan bola pemberat untuk
tahanan.
Sempatkan menyambangi Menara Syahbandar (Uitkijk Post).
Dari sini Anda dapat menerawang Kota Tua melalui ketinggian. Dulunya,
menara tersebut berfungsi untuk mengawasi dan memandu kapal yang masuk
ke pelabuhan. Menara Syahbandar juga menjadi titik 0 atau kilometer 0
Kota Jakarta sebelum dipindahkan ke Monumen Nasional (Monas) tahun
1980-an. Perhatikan seksama, ada keunikan dari menara ini yang posisinya
miring beberapa derajat dari garis vertikal.