Posted by DKT Travel on Friday, August 22, 2014
Monas (Monumen Nasional Indonesia)
Inilah monumen yang telah menjadi ikonnya kota Jakarta sekaligus
juga pengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan
dari belenggu penjajahan. Berlokasi di Lapangan Monas, Jakarta Pusat,
Monumen Nasional atau sering disebut Monas didirikan tahun 1959 namun
baru diresmikan pada 17 Agustus 1961.
Di dalam Monumen Nasional terdapat
museum yang menyajikan diorama perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut
kemerdekaan. Tersimpan pula teks asli Naskah Proklamasi Kemerdekaan. Di
bagian puncak monumennya Anda dapat melihat pemandangan kota Jakarta
dengan bangunan pencakar langit ibarat hutan beton yang menawarkan
pemandangan lampu malam yang indah.
Monas memiliki tinggi 132 meter dengan
bentuk obelisk dan ada pula yang menyebut bentuknya adalah lingga yang
digandengkan dengan yonidi puncaknya. Seluruh bangunan Monas dilapisi
oleh marmer dengan puncaknya berupa cawan dengan 77 bagian lidah api
yang disatukan setinggi 17 meter dengan diameter 6 meter. Lidah api
tersebut berbahan perunggu seberat 14,5 ton yang dilapisi emas 45 kg.
Nyala lidah api itu merupakan simbol semangat perjuangan rakyat
Indonesia yang tidak pernah padam untuk meraih kemerdekaan.
Anda dapat pula berolahraga di kawasan ini karena tersedia beberapa lapangan futsal dan basket yang bisa digunakan siapapun.
Emas di bagian pucuk Monas
adalah sumbangan seorang pengusaha pribumi asal Aceh yaitu Teuku Markam.
emas tersebut diambil dari tambang yang berloksi di Lebong, Provinsi
Bengkulu. Sebelumnya Pemerintah Hindia Belanda menjadikan Bengkulu sebagai
tambang emas dan menyebutnya sebagai Batavia II. Sumber lain menyebut
bahwa Kerajaan Belanda saat itu menukar Singapura yang dikuasainya
dengan Bengkulu kepada Kerajaan Inggris karena alasan tambang emas di
Bengkulu.
Monas begitu identik dengan Presiden
Soekarno karena memang rancangan pendirian monumen ini diawali oleh
sayembara dan dinilai langsung oleh beliau. Adalah Friederich Silaban
yang memikat Soekarno dengan konsep obelisk. Akan tetapi, saat awal
pembangunan berjalan kemudian Soekarno yang juga seorang arsitek
mengubah dan mengalihkan konsep pembangunannya dengan melibatkan seorang
arsitek bernama Soedarsono dengan konsultan Ir. Rooseno. Saat awal
pembangunan Monas terkendala keuangan mengingat Soekarno juga berambisi
membangun masjid menjadi yang terbesar se-Asia Tenggara (Masjid Istiqlal).
Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, kawasan sekitaran Monas adalah pusat bangunan penting pemerintahan yang dinamakan Koningsplein. Di bagian utaranya berdiam rumah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang kini menjadi Istana Merdeka.
Di sekitaran Monas awalnya adalah taman hutan kota yang dahulu dikenal dengan nama Lapangan Gambir. Namanya kemudian berubah beberapa kali menjadi Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan terakhir Taman Monas.
Untuk masuk ke area Monas maka Anda perlu membeli tiket Rp20.000,- untuk dewasa dan Rp10.000,- untuk anak-anak. Tiket dibeli di loket yang terdapat di pintu sebelah utara Monas. Sedangkan tiket lift untuk masuk ke pelataran puncaknya seharga Rp7.500,- untuk dewasa dan Rp3.500,- untuk anak-anak. Jam buka Monas adalah pukul 9.00 pagi hingga 16.00 sore.
Sebelum
menuju puncak monumen, Anda akan disajikan 51 diorama di lantai
dasarnya yang dikenal sebagai Museum Sejarah Nasional Indonesia. Museum
berukuran 80x80 meter ini memperlihatkan sejarah Indonesia mulai dari
masa pra sejarah hingga masa pemerintahan orde baru.
Di dalam cawan monumen terdapat ruang
kemerdekaan yang menampilkan Naskah Teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dalam sebuah kotak kaca. Ada pula lambang negara Indonesia,
peta kepulauan Indonesia yang berlapis emas, bendera merah putih, dan
dinding yang bertuliskan Naskah Proklamasi Indonesia.
Anda dapat menggunakan liftuntuk
menuju puncak Monumen Nasional. Pelatarannya dapat menampung 50 orang
dan tersedia teropong untuk menikmati pemandangan seluruh sudut Kota
Jakarta. Saat cuaca cerah dimungkinkan untuk melihat Gunung Salak dan Kepulauan Seribu.
Di sekeliling Monaster dapat air
mancur yang berliuk-liuk sesuai alunan musik. Kolam tersebut menarik
untuk dinikmati pada malam hari. Terkadang dalam acara tertentu
dipertunjukkan pula laser berwarna-warni di bagian air mancurnya dan
tugunya disorot lampu dari bawah.
Di Taman Monas seluas 80 hektar
berkeliaran rusa-rusa di antara pepohonan rindang. Taman ini terbuka
gratis untuk umum. Di bagian selatannya tersedia taman refleksi, yaitu
batu-batuan yang dapat diinjak untuk pijat refleksi.
Transportasi
Tersedia beragam transportasi yang dapat Anda gunakan untuk mengunjungi
Monas. Apabila ingin memanfaatkan kereta api maka gunakan KRL
Jabodetabek yang berhenti di Stasiun Gambir. Menggunakan Bus Trans
Jakarta bisa menjadi pilihan tepat. Apabila Anda menggunakan kendaraan
pribadi maka tersedia parkir khusus di IRTI dengan akses masuk melalui
pintu masuk di sekitar patung Pangeran Diponegoro atau pintu masuk di
pelataran bagian utara.